Kamis, 24 November 2011

ADAB-ADAB PERSAHABATAN


Rasulullah saw. bersabda, “Manusia itu mengikuti kebiasaan temannya, maka hendaklah seseorang melihat dengan siapa ia berteman.”


Teman itu ada tiga macam jika kamu mengetahui sifat – sifat mereka dengan benar. Yaitu teman untuk akhiratmu. Maka perhatikanlah agamanya. Teman untuk duniamu. Maka perhatikanlah akhlak yang baik dan keadaan yang menyebabkan kebaikan. Dan teman untuk menghibur hatimu. Maka perhatikanlah padanya keselamatan dari kejahatan dan cobaan darinya.


Teman itu ibarat pohon. Ada yang memiliki buah dan daun yang lebat, ada yang hanya memiliki buah saja, ada yang hanya punya daun yang lebat, ada yang tidak memiliki keduanya. Teman yang memiliki buah dan daun yang lebat sama dengan kawan yang memiliki kebaikan untuk akhirat dan duniamu. Sedangkan yang hanya memiliki buah adalah yang hanya memiliki kebaikan untuk akhiratmu. Lalu yang memiliki daun yang lebat saja hanya memiliki kebaikan untuk duniamu saja. Terakhir adalah yang tidak memiliki keduanya maka itu hanyalah teman untuk menghiburmu.


Rasulullah saw. bersabda : "perumpamaan dua orang sahabat adalah seperti dua tangan, yang satu membasuh yang lain."


Persahabatan menjadi sempurna bila saling membantu dalam satu tujuan. Keduanya dari satu sisi akan tampak seperti satu orang karena keselarasannya. Ini menuntut kebersamaan dalam keadaan suka dan duka, kebersamaan dalam menghadapi masa akan dating maupun masa sekarang.


Suatu ketika Rasulullah saw. memasuki hutan kemudian mengambil dua ranting, yang satu bengkok dan yang lain lurus. Menurut riwayat Rasulullah saw. disertai seorang sahabatnya. Kemudian beliau saw. memberikan yang lurus kepada sahabatnya dan memegang yang bengkok. Maka sahabatnyapun berkata, ” ya Rasulullah, engkau lebih berhak memegang yang lurus daripada aku.” Kemudian Rasulullah saw. berkata, “ Tidaklah seseorang menemani sahabatnya walau sesaat, melainkan ia ditanya tentang persahabatannya kelak di akhirat, apakah ia menegakkan hak dalam persahabatan itu atau menyia – nyiakannya.”


Rasulullah saw. bersabda, “tidaklah dua orang bersahabat, melainkan yang paling dicintai Allah swt. adalah orang yang paling lemah lembut terhadap sahabatnya.”


Adab – adab dalam persahabatan:
  1. Mengutamakan sahabatnya jika tahu sahabatnya membutuhkan bantuan. Tingkatan dalam mengutamakan sahabatnya ada tiga tingkatan. Paling rendah adalah menempatkan sahabatmu dalam tingkat kebutuhan seorang pelayan atau hamba sehingga engkau masih lebih mementingkan diri sendiri. Tingkatan kedua adalah menempatkan sahabatmu dalam tingkat kebutuhanmu atau dengan kata lain setara kebutuhannya dengan kebutuhanmu. Sedangkan tingkat tertinggi adalah engkau mengutamakan sahabatmu diatas dirimu sendiri. Tingkatan ini adalah puncak tingkatan orang – orang yang saling mengasihi.
  2. Menyimpan rahasia yang disampaikan sahabatmu kepadamu dan tidak menyampaikannya kepada orang lain sama sekali meski hubungan persaudaraan tersebut telah terputus.
  3. Menyampaikan sesuatu yang menyenangkan berupa pujian orang kepadanya. Dan menyembunyikan ejekan orang kepadanya kecuali jika ejekan itu berupa kritik yang membangun dirinya sehingga hilang penghalang untuk tetap menyembunyikannya. Ketika itu tak perlu peduli dia tidak menyukaimu karena kritik adalah untuk kebaikannya juga.
  4. Hendaklah memanggil sahabatnya dengan panggilan yang baik dan memujinya dengan kebaikannya yang kamu ketahui tanpa dibumbui dengan dusta dan berlebihan. Hendaklah berterima kasih kepadanya atas kebaikannya kepadamu meskipun itu kecil meski itu masih dalam bentuk niat saja dan tidak terlaksana.
  5. Hendaklah membela sahabatnya bila ada yang menyinggung kehormatannya sebagaimana kamu membela dirimu sendiri. Karena hak persahabatan adalah berusaha keras melindungi dan membela sahabatnya. Hendaklah menasehati sahabatnya dengan lemah lembut dan tersamar serta tidak diketahui orang lain jika perlu menasehatinya.
  6. Hendaklah kamu memaafkannya saat dia melakukan kesalahan kepadamu dan tidak memenuhi hak persahabatan meski dia sanggup. Jangan menegurnya dengan kebencian. Lebih baik bagimu untuk memaafkan dan tetap menanggung haknya sebagai sahabat.
  7. Mendoakannya saat engkau sendirian saat dia masih hidup maupun sudah meninggal dengan doa yang baik sebagaimana engkau mendoakan dirimu sendiri. Jangan engkau bedakan antara dirimu dan dia karena doamu baginya sama dengan doamu kepada dirimu sendiri. Rasulullah saw. bersabda, “ Apabila seseorang berdoa bagi sahabatnya dalam keadaan sendirian, maka malaikat disisimu berkata, Dan bagimu semoga juga seperti itu.” Dalam riwayat lain Rasulullah saw. bersabda, “ Dan doa seseorang kepada sahabatnya di kala sendirian tidak ditolak hampir seperti doa orang tua kepada anaknya.”
  8. Tetap mengasihinya sampai mati. Jika dia terlebih dulu mati maka kasihilah anak – anaknya dan para kerabatnya. Karena kasih saying adalah untuk akhirat. Maka jika terputus sesudah kematiannya maka sia – sia sajalah amal usahanya.
  9. Hendaklah kamu berusaha meringankannya dan tidak membebaninya dengan sesuatu yang memberatkannya. Tampakkan kegembiraan atas kegembiraannya dan tampakkan kesedihan atas kesedihannya serta bersikaplah secara tulus. Barangsiapa tidak ikhlas dalam persahabatan maka ia adalah munafik. Bila batinmu menyembunyikan kedengkian dan dendam maka pemutusan hubungan lebih baik bagimu. Karena teguran yang nyata lebih baik daripada dendam yang tersembunyi.
  10. Diam ketika sahabatnya berbicara hingga dia menyelesaikannya serta mendengarkan dengan seksama. Memenuhi undangannya jika dia mengundangmu. Menjenguknya jika dia sedang sakit walau hanya sekali. Menghadiri jenazah keluarganya jika ada yang meninggal diantara keluarganya. Menghadiri jenazahnya jika dia meninggal dunia.
Hak persaudaraan itu berat, tidak ada yang sanggup memenuhi semuanya kecuali orang yang bijaksana. Tidaklah diragukan banyak pahalanya dari menjalankan hak persahabatan.


Lihatlah orang yang mulia apabila putus hubungan persahabatannya
Dia menyembunyikan keburukan dan menampakkan kebaikan sahabatnya
Dan lihatlah orang yang hina ketika dipenuhi kebutuhannya
Dia akan menyembunyikan kebaikan dan menampakkan keburukan dari sahabatnya.


Bab Ketiga "Adab Pergaulan" : adab bergaul dengan sahabat
Terjemah buku "MAROQIL 'UBUDIYAH, Syarah Bidayah Al-Hidayah"
by Muhammad Nawawi Al-Jawi