Minggu, 16 Oktober 2011

ADAB BERGAUL DENGAN AL-KHALIQ AZZA WA JALLA


Ketahuilah bahwa seseorang tidak akan pernah berpisah dengan Tuhannya baik dalam perjalanan, di waktu tidur dan jaga, bahkan di masa hidup dan matinya di dunia ini. Dia adalah Tuan, Pemimpin dan Penciptanya, dimanapun engkau mengingat-Nya dengan lisan atau hatimu, maka Dia adalah teman dudukmu. Dalam hadis Qudsi Allah swt. berfirman : "Aku adalah teman duduk orang yang menyebut-Ku."

Allah swt. berfirman: "Hai hamba-Ku, Aku tergantung pada sangkaanmu kepada-Ku dan Aku menyertaimu dengan taufik atau Aku menyertaimu dengan pengetahuan-Ku ketika engkau menyebut-Ku sehingga Aku mendengar apa yang engkau katakan dan mengabulkan doamu."

Ini dan semacamnya adalah mengenai dzikir dalam keadaan sadar, bukan dalam keadaan lalai.

Allah swt. berfirman : "Hai anak Adam, jika engkau menyebut-Ku dalam keadaan sendiri, maka Aku menyebutmu dalam keadaan sendirian. Jika engkau menyebut-Ku dalam suatu majelis, maka Aku menyebutmu dalam majelis yang lebih baik darinya. Jika engkau mendekati-Ku sehasta, maka Aku mendekat darimu sedepa. Dan jika engkau mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku mendatangimu dengan berlari."

Artinya ialah jika engkau menyebut Allah dengan diam – diam secara ikhlas dan menjauhi riya', maka Allah segera memberimu pahala sesuai amalmu. Jika engkau menyebut Allah dalam sekelompok orang untuk membanggakan dan mengagungkan-Nya diantara para makhluk-Nya, maka Allah akan menyebutmu di antara para malaikat yang didekatkan dan arwah para rasul untuk membanggakanmu dan mengagungkan derajatmu. Dan jika engkau mendekat kepada Allah dengan ijtihad dan ikhlas dalam mentaati-Nya, maka Allah mendekatkanmu dengan hidayah dan taufik. Jika engkau menambah, maka Allah pun menambah ganjarannya.

Demikian disebutkan oleh Al-Azizi. bilamana patah hatimu dan sedih atas kecerobohanmu mengenai hak agamamu, maka Dia adalah temanmu dan pendampingmu. Karena Allah berfirman dalam hadis Qudsi : "Aku menyertai orang – orang yang patah hatinya demi Aku."

Yakni Allah bersama orang – orang yang khusyu' dengan taufik karena kecerobohan dalam melakukan ketaatan dan melakukan maksiat. Andaikata engkau mengenal Allah dengan sebenarnya, niscaya engkau menjadikan-Nya sebagai teman dan mengesampingkan orang – orang.

seorang penyair berkata dari Bahrul Basiith :
Segala sesuatu yang engkau tinggalkan
tentu ada gantinya
tetapi jika engkau tinggalkan Allah
maka tidak ada gantinya.

Jika engkau tidak bisa melakukan itu dalam seluruh waktumu, maka janganlah engkau kosongkan malam dan siangmu dari suatu waktu dimana engkau menyendiri bermunajat kepada Allah. Hendaklah engkau pelajari adab – adab berteman dengan Allah swt.

Adab bergaul dengan Allah ada 14 :
  1. Menundukkan kepala dan merendahkan pandangan.
  2. Memusatkan perhatian kepada Allah.
  3. Memperbanyak diam disertai dzikrullah.
    Hal ini sesuai dengan sabda Nabi saw. : "Hendaklah engkau perbanyak diam, karena hal itu bisa mengusir setan." 
  4. Menenangkan anggota badan dari gerakan yang sia – sia. Karena pada waktu itu dituntut khusyu', tunduk dan kehadiran hati bersama Allah swt.
  5. Segera mematuhi perintah.
  6. Menjauhi larangan.
  7. Sedikit menyanggah takdir.
    Nabi saw. bersabda : "Sembahlah Allah dengan keridhaan. Jika engkau tidak mampu, maka terdapat kebaikan yang banyak dalam kesabaran atas apa yang tidak engkau sukai.”
    Allah swt. berfirman : "Aku adalah Allah, tiada Tuhan selain Aku. Maka siapa yang tidak sabar atas cobaan-Ku dan tidak mensyukuri nikmat-Ku serta tidak menerima keputusan-Ku, biarlah ia mencari Tuhan selain Aku."
    Abu Ali Ad-Daqqaq rahimahullah berkata : "Bukanlah keridhaan itu bila seseorang tidak merasakan cobaan, tetapi keridhaan itu adalah bila ia tidak menyanggah hukum dan keputusan Allah."
    Diceritakan dari Asy-Syeikh Afifuddin Az-Zahid bahwa ketia berada di mesir ia mendengar tentang penyerbuan suku Tartar ke Baghdad. Maka ia pun tidak bisa menerimanya dan berkata : "Ya Robb, bagaimana terjadi kehancuran ini sedang di antara mereka terdapat anak - anak dan orang – orang tak berdosa?" Kemudian ia bermimpi melihat seorang lelaki yang tangannya terdapat sebuah kitab bertuliskan dua bait syair :
    Tinggalkan sanggahan itu, karena kejadian itu bukan urusanmu
    dan jangan menghakimi tentang gerakan – gerakan falak.

    Janganlah engkau tanyakan kepada Allah tentang perbuatan-Nya

    barang siapa memasuki gelombang laut, ia pun binasa.
     
  8. Senantiasa berdzikir, yakni dengan lisan dan hati.
  9. Selalu memikirkan tentang nikmat Allah dan keagungan-Nya.
  10. Mengutamakan kebenaran di atas kebatilan.
  11. Tidak mengandalkan manusia dalam segala keperluan, baik di waktu bepergian maupun di dalam kota.Karena manusia tidak bisa memberikan manfaat dan tidak menimbulkan bencana (tanpa kehendak Allah).
  12. Tunduk disertai rasa takut kepada Allah swt.
  13. Bersedih disertai rasa malu kepada Allah swt. Atas kecerobohan dalam ibadah.
  14. Tidak mengandalkan siasat dalam mencari penghasilan karena percaya pada jaminan Allah swt.
    Allah swt. Berfirman : “Dan tidak ada suatu binatang melata (yakni makhluk bernyawa) pun di bumi, melainkan Allah yang member rezekinya.”
    Dan bersandar pada karunia Allah karena mengetahui pilihan Allah yang baik. Semua adab ini patut menjadi peganganmu dalam seluruh malam dan siangmu. Karena adab – adab ini adalah adab – adab berteman dengan Allah swt. Yang tidak meninggalkanmu dalam seluruh waktumu sementara manusia seluruhnya meninggalkanmu.
    Allah swt. Berfirman : “Dan Dia selama bersama kamu dimana pun kamu berada.”
Bab Ketiga "Adab Pergaulan" : adab bergaul dengan Al-Khaliq Azza Wa Jalla
Terjemah buku "MAROQIL 'UBUDIYAH, Syarah Bidayah Al-Hidayah"
by Muhammad Nawawi Al-Jawi