Jumat, 23 Maret 2012

HADAPI SAJA by IWAN FALS


relakan yang terjadi
takkan kembali
ia sudah milikNya
bukan milik kita lagi

tak perlu menangis
tak perlu bersedih
tak perlu tak perlu sedu sedanmu
hadapi saja

pasrah pada illahi
hanya itulah kita bisa
ambil hikmahnya
ambil indahnya

cobalah menari
cobalah bernyanyi
cobalah-cobalah mulai detik ini
hadapi saja


reff
hilang memang hilang
wajahnya terus terbayang
berjumpa di mimpi
kau ajak aku tuk menari bernyanyi
bersama bidadari, malaikat dan penghuni surga

Minggu, 18 Maret 2012

NIAT HATI MENDAKI GUNUNG LAWU, APA DAYA BERAKHIR ROAD TRIP





lawu
Hari kamis 15 maret selepas isya ikut rapat rutin di mapala jurusan teknik fisika (AVANTE). Tema rapat adalah diklat angkatan 2011. Diputuskan akan dilakukan dengan cara mendaki gunung lawu dan disisipi pembelajaran dan uji kemampuan dan pemahaman materi ruang selama sebulan penuh sebelum pendakian. Karena itu perlu dilakukan survey mengenai segala hal yangberhubungan dengan gunung lawu. Yang tercakup untuk transportasi terdiri dari jadwal keberangkatan, harga, waktu tempuh. Lalu untuk pendakian sendiri meliputi perizinan, cuaca, suhu, dan kondisi medan terkini. Sedangkan untuk pembelajaran dan uji kemampuan terdiri dari navigasi darat, survival, manajemen perjalanan, PPGD.

karena sedang jenuh menghadapi tugas akhir dan memang rindu gunung (yang terakhir sepertinya alasan utama,hahaha...) langsung angkat tangan bersedia. Ternyata anas (ketua dewan pembina yang baru) juga langsung angkat tangan (motifnya mirip ternyata haha, gara-gara suntuk revisi laporan PKL). Sedangkan perwakilan panitia adalah rifqi. Survey disubsidi oleh AVANTE (asik naik gunung gratis, hahaha) untuk transportasinya.

Keesokan harinya 16 maret kami berangkat naik motor sekitar pukul 15.30 WIB. Niat awal sih naik kereta api prameks (jogja – solobalapan), bis umum (tirtonadi solo – pasar tawangmangu), angkot L300 (pasar tawangmangu – cemoro kandang). Apa daya karena waktu keberangkatan molor 6,5 jam (parah amat...) karena anas dan rifqi kuliah pagi dan siang. Karena perkiraan kami tak akan dapat bis umum jam segitu maka ya sudahlah road trip dimulai. Diiringi cuaca mendung kami berangkat dengan formasi anas dan aku naik motornya anas, rifqi sendiri dengan motornya.

Yang membuat sedikit terpingkal adalah nyasar di solo saat masuk kota (solo banyak banget jalan 1 arahnya. Buset dah... (-___-“)). Tujuan masuk kota sudah jelas yaitu menuju terminal bis tirtonadi untuk mengorek info mengenai tetek bengek tentang bis jalur solo – tawangmangu. Misi pertama selesai persis saat terdengar adzan maghrib.
terminal tirtonadi solo
UNS solo
Niat hati sholat jama’ di UNS, tapi nasib berkata lain karena kami tersesat (lagi?!?!? Tidak!!!!). setelah keliling-keliling akhirnya ketemu juga UNS pas adzan isya. Tapi bukannya sholat malah makan mie ayam hot plate (panggilan alam maklum :malu). Perut kenyang langsung cabut keluar solo. Ternyata saudara-saudari, kami tersesat lagi setelah masuk daerah palur. Kami baru tahu posisi kami saat bertanya dan ternyata kami berada 10km dari perbatasan solo – sragen (buset jauh amat nyasarnya... (T_T)). Kamipun sholat jama’ dulu sebelum melanjutkan perjalanan (tobat gan ceritanya :p).

Setelah putar balik 180º, kamipun kembali berkendara jauh hingga sampai (kembali) di daerah palur. Perjalanan akhirnya mulus sampai masuk ke karanganyar (alhamdulillah). Tapi saat jalan mulai menanjak tiba-tiba kabut pekat dan udara dingin lembab menghadang perjalanan kami.

Berkendara perlahan dalam pekatnya kabut ternyata membuat pikiran anas dan rifqi blank (what?!?!). anas menyetir sangat dekat dengan batas tepi jalan dan sering terperosok ke pinggir jalan yang tidak beraspal dan baru sadar saat kupukul agak keras kepalanya. Sedangkan rifqi berjalan persis di tengah jalan hingga harus kuteriakin minggir saat dijalur berlawanan muncul cahaya kendaraan atau saat kami disorot cahaya lampu kendaraan dari belakang. Sumpah kacau banget waktu itu hingga hampir sampai pasar tawangmangu (Aarrgghh (>_<)).
Tawangmangu
Di pasar tawangmangu kami kembali mengorek keterangan. Kali ini mengenai angkot L300 yang biasa membawa pendaki ke pos cemoro kandang atau cemoro sewu. Misi kedua selesai 21.00 WIB. Perjalanan dilanjutkan menuju rumah simbahnya anas di plaosan. Perjalanan naik hingga cemoro sewu kemudian turun menuju plaosan kami lalui dalam ramai karena dingin menusuk tulang rasanya. Sampai rumah simbahnya anas sekitar 21.50 WIB langsung disambut teh panas dan peyek yang enak (karena aku suka peyek sih, hehe). Sembari ngaso kami ngobrol dengan simbah kakung hingga tak terasa sudah dini hari kami dipersilahkan tidur.

17 Maret setelah sholat shubuh, sarapan bubur ayam lauk gorengan, dan membersihkan badan maka kami berangkat dengan hati gembira karena akan segera naik gunung lawu. Perjalanan riang gembira dimulai, narsisme muncul, menikmati pemandangan indah di sekeliling kami yang tak kami jumpai kemarin karena matahari sedang dibelahan bumi yang lain. Tak terasa kami telah melewati perbatasan lagi setelah melewati pos cemoro sewu. Saat sampai cemoro kandang, semangat kami makin meninggi. Tapi sesuatu membuat kami bagai disambar petir.
pengumuman di pos cemoro kandang
Gunung lawu ditutup karena cuaca buruk (tidak!!!!!! (ToT)). Dengan gontai kami turun dari motor dan menuju basecamp AGL cemoro kandang untuk mengkonfirmasi tulisan tersebut. Ternyata telah seminggu lawu ditutup. Lemas sudah lutut kami hingga terduduk melamun di teras basecamp. Lama kemudian kami tersadar karena seekor anjing hitam berlari sambil menggonggong kearah kami. Saat sudah siap tuk langkah seribu kami kecele ternyata yang kami kira anjing liar teryata peliharaan AGL untuk keperluan SAR (jiah...).
anjing AGL
2 jam lamanya sampai 10.00 WIB kami bengong dalam dingin (17ºC di basecamp dalam kondisi matahari bersinar terang) dan sesekali memotret dan merekam situasi di pos cemoro kandang, terkadang juga tersenyum melihat tingkah anjing-anjing AGL di pelataran basecamp.
sampai cemoro kandang
basecamp AGL
tempat sembahyang
17 derajat celcius di basecamp
lapangan cemoro kandang

meninggalkan cemoro kandang

Setelah mengorek informasi tentang jalur cemoro kandang dan contact person AGL (meski anas sudah pernah mendaki jalur ini) kami menuju pos cemoro sewu. Ternyata via cemoro sewu jalur dibuka meski hanya sampai pos 3. Disinipun kami mengorek informasi jalur cemoro sewu dan contact person basecamp cemoro sewu (meski juga aku sudah pernah mendaki jalur ini).

basecamp cemoro sewu
cemoro sewu
Untuk mengobati rasa kecewa kami menuju sarangan untuk sekedar melepas penat dan lapar (kalau bisa sekalian ke air terjun,hehe...). 2 kali kami putari telaga mencari tempat parkir ternyata tak kami temukan (buset, tempat rekreasi ga ada parkiran motornya). Rata-rata motor parkir di area larangan parkir (jadi serba salah dengan negara ini). Jadi miris hati kami bertiga.
telaga sarangan
Akhirnya pikiran makin sumpek kami putuskan batal ke air terjun. Kami mencari warung yang rindang dinaungi pepohonan hutan. Tujuannya tentu makan sate ayam dan nasi bungkus jualan simbah yang dibawakan ke kami awalnya untuk makan siang di atas gunung. menikamti suasana sejuk dan perut kenyang membuat kami terlelap sebentar. Kami bangun lalu makan kacang rebus dan bekal pendakian kami sambil menikmati pemandangan telaga. Alhamdulillah kami masih bisa bersyukur menikmati indahnya alam negeri ini.
santai

pulau ditengah telaga

santai lagi
1,5 jam kami di sarangan hingga 12.30 WIB kami memutuskan pulang ke rumah simbah. Sampai rumah 13.00 WIB kami langsung tertidur kembali selama 2 jam. Adzan ashar membangunkan kami. Setelah sholat jama’, makan, packing maka kami berangkat pulang menuju jogja. Dilepas dengan senyum khas sosok sepuh kami meninggalkan plaosan.

Perjalanan melalui jalanan mendaki harus terhenti sejenak karena hujan tiba-tiba mengguyur membuat kami memakai mantel hujan. Menerjang hujan, melalui kabut tebal, menahan dingin yang menusuk tubuh dan mematikan rasa di ujung jari kami berkendara. Hingga akan masuk kota karanganyar kami diguyur hujan meski sudah tak sendingin saat diatas sana (hukum relativitas bekerja kawan...:D).

Melewati kota karangayar dengan lancar, kami kembali tersesat di solo (masyaAllah... lagi.... (T_T)). Berputar-putar dan bertanya pada orang dipinggir jalan malah makin membuat kami tersesat semakin jauh. Hingga setelah kesekian kalinya tersesat dan bertanya malah makin tersesat akhirnya 2 orang terakhir yang kami tanyai menjadi perantara pertolonganNya.

Kami keluar juga dari kota solo menuju klaten. Disepanjang jalan tak henti-hentinya kami menahan kantuk dan lelah. Hingga kami memutuskan sholat di pom bensin dan beristirahat cukup lama. Kami melanjutkan perjalanan yang ternyata sudah dekat dengan perbatasan sleman-klaten. Kamipun langsung pulang kekosan masing-masing dan tertidur lelap.
Niat hati mendaki gunung lawu, apa daya berujung road trip (plus nyasar-nyasar).

Sekian catper pendakian gagal ini. Semoga Allah bersegera menghentikan badai sehingga diklat tanggal 30 maret – 1 april esok lancar tak terkendala suatu apapun. Amin ya Rabb.

Senin, 05 Maret 2012

SISI LAIN GATOTKACA


Gatotkaca adalah seorang patriot dengan kelahiran yang luar biasa. Kesaktian bangsa dewa mempercepat proses dewasanya. Dia adalah putra kedua Raden Bima, kerabat kedua Pandawa. Lahir dari ibu keturunan bangsa raksasa bernama Dewi Arimbi, seorang ibu yang hidup selamanya dalam kemelut rasa bersalah karena tidak pernah bisa menimang dan menemani masa kecil sang Gatotkaca.

Gatotkaca adalah seorang kesatria. Ia memiliki kesaktian yang luar biasa. Tak ada senjata yang mampu melukainya, kecuali satu, tombak Konta Wijayadanu. Senjata yang memang disiapkan menembus kulit tubuhnya. Dibuat pula oleh bangsa dewa.

Gatotkaca adalah seorang pahlawan. Dia menjadi benteng bagi semua keluarga dan sesepuhnya. Dia membela setiap jengkal wilayah negaranya. Dia sangat disiplin menjaga amanah. Loyal terhadap segala apa yang dijunjungnya. Membela setiap kebenaran. Menghancurkan setiap angkara murka.

Tapi, Gatotkaca selalu hidup dalam kesendirian! Dia selalu memendam dan menekan setiap kecewa di dasar hatinya. Tak ada orang di sekitarnya yang diajaknya berbagi. Dia terlalu angkuh untuk bisa mengutarakan setiap perasaannya. Dia selalu menelan beban rasa bersalah dalam dirinya. Dia selalu merasa hidup sendiri di tengah kehangatan orang-orang terdekatnya: meaningless, lonely, stillness, and darkness…

http://www.goodreads.com/book/show/6404317-the-darkness-of-gatotkaca